Tentangsinopsis.com – Sinopsis Hush Episode 7 Part 1, Jika Kamu ingin tahu full daftarnya ada di goresan pena yang ini. Namun Jika Kamu justru ingin lihat Episode sebelumnya baca di sini.
Cerita dimulai dengan Yoon Kyung yang merencanakan sarapan untuk anak-anaknya.
Yoon Kyung menghasilkan sup rumput laut. Putranya makan nasi dengan lahap.
Yoon Kyung mengundang putrinya yang masih di kamar.
Yoon Kyung : Jung Seo Jin. Kau terlambat. Cepat makan sarapanmu.
Putra Yoon Kyung menyaksikan sup rumput lautnya. Lalu beliau berhenti makan nasi dan hendak memakan sup rumput lautnya secara terpisah.
Yoon Kyung yang melihat, pribadi menegurnya.
Yoon Kyung : Jika kamu tidak mau nasi dengan kaldu, makanlah bergantian. Kau tidak pernah bersiap untuk apa pun. Kenapa kamu menyendoknya lebih awal?
Putranya bilang itu rencana besarnya untuk citra B.
Yoon Kyung : Maksudmu, rencana B untuk citra besarnya. Kau tidak perlu rencana untuk memakan sarapanmu. Cepat makan.
Seo Jin keluar. Dan beliau kesal menyaksikan sup rumput bahari itu.
Seo Jin menggerutu.
Yoon Kyung tanya apa Seo Jin mau roti.
Seo Jin yang kesal, pribadi berdiri.
Yoon Kyung nyuruh Seo Jin makan.
Seo Jin : Ibu tidak tahu ini hari apa?
Yoon Kyung : Hari ini? Ibu tidak…
Seo Jin pergi dengan kesal.
Yoon Kyung : Dasar penggerutu.
Beralih ke Joon Hyuk yang tanya siapa ‘pembunuh’ Soo Yeon.
Ji Soo pun cerita. Ji Soo bilang malam itu beliau pergi menemui Soo Yeon. Ji Soo bilang ada seseorang disana sebelum Soo Yeon lompat.
Flashback… Ji Soo mau pulang. Karena lift tidak berfungsi, beliau alhasil lewat tangga darurat.
Tapi di saat turun, beliau mendengar sesuatu. Ji Soo pun balik ke atas dan mendapati pintu lift terbuka.
Joon Hyuk : Kau menyampaikan itu terhadap polisi?
Ji Soo : Iya.
Joon Hyuk : Kalau begitu, polisi niscaya sudah menyelidikinya. Mereka niscaya sudah menyidik rekaman CCTV-nya. Mungkin kamu salah.
Ji Soo : Tidak. Pintu lift menutup.
Joon Hyuk : Aku akan menyelidikinya. Jangan beritahu siapapun.
Ji Soo : Kau memaksaku untuk diam?
Joon Hyuk : Tidak. Maksudku, kita mesti lebih berhati-hati. Kita mesti tahu faktanya.
Ji Soo : Apa maksudmu?
Joon Hyuk : Kau reporter, bukan polisi. Senjatamu yakni kisahmu. Pertama, kamu mesti tahu faktanya, kemudian menentukan untuk menuliskannya.
Ji Soo kaget, kamu akan menulis wacana Soo Yeon?
Joon Hyuk : Ya. Jadi… jikalau kamu ingin menulis kisah sungguhan, jangan beri tahu siapa saja sebelum kamu selesai.
Joon Hyuk menaruh telunjuknya di depan hidung. Dia memerintahkan Ji Soo diam.
Ji Soo mengerti.
Mereka meninggalkan restoran. Tapi Ji Soo memapah Joon Hyuk. Joon Hyuk mabuk.
Ji Soo mendudukkan Joon Hyuk di kursi panjang depan restoran.
Tapi Joon Hyuk malah terjungkal ke belakang.
Joon Hyuk minta Ji Soo menariknya. Ji Soo menolong memukau Joon Hyuk.
Ji Soo : Kukira kamu peminum yang lebih baik.
Joon Hyuk : Aku menjadi lemah selama bertahun-tahun. Beri tahu saya setelah kamu tua.
Joon Hyuk yang mabuk, menempelkan permen karet dari mulutnya ke plang Harian Korea.
Joon Hyuk kemudian mencemooh Pers Korea.
“Pers Korea. Makan kotoranku!”
Mereka tertawa.
Ji Soo kemudian memotretnya dan mengunggah di internet.
Besok paginya, semua karyawan Harian Korea terkejut menyaksikan ribuan kertas tempel di gedung Harian Korea.
Ribuan kertas tempel itu mempunyai goresan pena yang sama, “Aku bimbang media Korea’.
Ada yang mengunggah di internet soal ribuan kertas tempel.
Ji Soo dan Joon Hyuk yang menyaksikan itu lewat ponsel mereka, sama-sama panic, utamanya Ji Soo.
Ji Soo dan Joon Hyuk saling melirik dan memberi kode.
Dong Wook membaca postingan soal ribuan kertas tempel itu.
Judulnya, Era Harian Korea Sudah Berakhir. Akhir Kesombongan Pers.
Dong Wook lemas, tajuk utama besok sudah diputuskan.
Jae Eun kesal, sial. Kekacauan lain.
Tapi Se Joon nampak puas.
Se Joon : Kita cuma mengambil langkah sementara. Tidak heran itu terus berdatangan. Tapi ini betul-betul kacau.
Kepala Na sedang mengutip cuilan puzzle CEO yang berhamburan di lantai.
CEO ngamuk alasannya yakni postingan itu. Dia bahkan hingga membanting sesuatu di atas mejanya.
CEO mendekati Kepala Na.
CEO : Sudah kubilang. Kau tidak perlu hal lain. Hanya butuh pendapatmu. Kau bahkan tak mempunyai itu sekarang.
CEO menempelkan kertas tempel ke tubuh Kepala Na.
Kepala Na cuma sanggup terdiam.
CEO kemudian memerintahkan Kepala Na mencari tahu siapa yang bertanggung jawab atas kekacauan itu.
CEO : Ambil langkah-langkah hukum. Berikan tekanan terhadap kalangan luar.
Tapi Kepala Na tak menjawab.
CEO tambah marah.
Kepala Na : Bahkan jikalau makan sesuatu yang panas, Anda dihentikan minum air dingin. Anda mungkin terlihat bodoh.
CEO : Apa maksudmu?
Kepala Na : Anda mesti mengakui bahwa itu panas dan memamerkan siapa yang lebih bertekad. Anda mesti mengakui kekalahan kali ini.
CEO : Apa?
Kepala Na selesai memungut cuilan puzzle. Lalu beliau berdiri dan membawanya ke meja.
Kepala Na : Tidak ada yang menampar tampang tersenyum. Tolong membungkuk sekali ini. Aku akan menghasilkan “Tanpa Hasil, Tanpa Derita” menghilang untuk selamanya.
CEO : Sial.
Sung Han marah-marah sama bawahannya sambil menenteng satu kertas tempel itu. Dia tanya, siapa pelakunya.
Se Joon protes, kamu menyampaikan itu pada kami.
Sung Han bilang beliau gak menuduh. Tapi kemudian beliau tanya, apa Se Joon ikut-ikutan juga.
Se Joon : Apa? Masa kurang terpelajar denganmu. Terkadang kita memang bertengkar, tetapi kita satu keluarga di sini. Tidak ada yang menyeka bokong mereka dengan keluarga.
Se Joon melirik Joon Hyuk, saya benar kan?
Joon Hyuk mengiyakan.
Se Joon : Tuduhlah orang lain, Berengsek.
Sung Han : Aku akan menjahit lisan itu. Maksudku, kita juga mesti menimbang-nimbang langkah-langkah penanggulangan juga.
Ki Ha : Maksudmu kita mesti mulai menyalin dan melekat lagi?
Sung Han : Bukan itu yang aku…
Sung Han kemudian protes dan tanya kenapa beliau diperlakukan begitu. Sung Han menggerutu, kemudian pergi.
Ternyata semua itu terjadi alasannya yakni unggahan Ji Soo.
Flashback…
Orang-orang membaca unggahan Ji Soo.
“Sulit mendapatkan bisnis menguntungkan yang membiarkan hati nuranimu tetap bersih. Pers dan media juga bisnis, jadi, saya tidak sanggup menyangkal kisah yakni produk juga. Tapi pers dihentikan cuma memasarkan kisah cepat. Yang mesti mereka jual yakni kisah yang sanggup dipercaya.] Derita demi hasil? Apa yang sanggup kita dapatkan jikalau mengabaikan kebenaran? Aku sudah menentukan untuk tidak memercayai pers Korea. Hati nurani sudah tertidur dan kebenaran belum bangun.”
Ji Soo mengunggahnya di akun Tanpa Hasil Tanpa Derita.
Ji Soo dan Joon Hyuk di teras Harian Korea.
Ji Soo selesai mengetik unggahannya.
Ji Soo : Pukul 04.15. Serangan selesai. Serangan pemagang.
Joon Hyuk tersenyum memandang Ji Soo.
Setelah membaca unggahan Ji Soo, ribuan orang mulai menempelkan kertas tempel di gedung Harian Korea.
Kepala Na menyidik rekaman CCTV. Petugas bilang, itu terjadi dalam sekejap.
Di rekaman CCTV, terlihat orang-orang yang menjalankan flashmob kertas tempel.
Kepala Na memerintahkan petugas memundurkan videonya.
Dan terlihatlah Joon Hyuk dan Ji Soo yang mengawali hal itu.
Kepala Na : Kepala Keamanan, kamu suka daging paus, kan? Aku tahu wilayah yang bagus. Aku akan mentraktirmu makan malam.
Kepala Keamanan bengong mendengarnya.
Kepala Na kemudian berbisik, meminta Kepala Keamanan menjalankan sesuatu.
Joon Hyuk menyidik video camera yang memang sengaja dinyalakannya untuk menangkap intel Kepala Na.
Dia pun terkejut menyaksikan sosok yang tertangkap video camera nya. Joo An!!
Joon Hyuk pun pribadi memandang ke arah Joo An yang tengah bekerja.
Sung Han keluar dari Meja Berita Digital, tetapi gres keluar, beliau menyaksikan Kepala Na berlangsung ke arahnya.
Sung Han pribadi balik tubuh dan kembali Meja Berita Digital.
Sung Han sok sibuk.
Sung Han : Hei, bagaimana dengan ini? Ini duduk problem daring sepele…
Se Joon : Omong kosong apa yang beliau bicarakan?
Sung Han : Ini pemberedelan pers dan para jurnalis dihentikan mendapatkan ini. Tentu saja.
Kepala Na masuk. Sung Han akal-akalan terkejut Kepala Na datang. Dia bilang, mereka lagi membahas soal penanggulangan flashmob.
Tapi Kepala Na gak dengerin dan malah nyari Ji Soo.
Ji Soo terkejut dan pribadi ngelirik Joon Hyuk yang juga kaget.
Bersambung ke part 2…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar