Tentangsinopsis.com – Sinopsis Start Up Episode 6 Part 1, Nih gaes untuk Kamu yang masih ingin tau dengan Episode sebelumnya cek di sini. Tetapi Jika Kamu yang ingin mengenali recap lengkapnya ada pada goresan pena yang ini.
Do San menginformasikan Dal Mi kalau mereka berhasil masuk Sand Box.
Dal Mi tak percaya. Do San pun memerintahkan Dal Mi menyaksikan layar yang memperlihatkan pengumuman keanggotan Sand Box.
Sontak Dal Mi bahagia menyaksikan ada nama Samsan Tech di sana. Saking senangnya, ia bahkan hingga memeluk Do San.
Ji Pyeong pun beranjak pergi.
Do San bahagia dipeluk Dal Mi. Dal Mi bahkan hingga terangkat dikala memeluk Do San.
Dal Mi gres melepas pelukannya dikala menyadari mereka pelukan di kawasan umum.
Dal Mi kemudian mencari-cari Ji Pyeong. Dia heran Ji Pyeong secara tiba-tiba hilang.
Dal Mi mau pergi, nyari Ji Pyeong. Tapi dihalangi Do San.
Do San tanya, kenapa Dal Mi mencari Ji Pyeong. Dal Mi bilang ada yang mau ia tanyain ke Ji Pyeong.
Do San bilang ia yang mau menjawabnya. Dia memerintahkan Dal Mi mengajukan pertanyaan padanya.
Dal Mi terdiam. *Do San nyebelin kalau lagi cemburu.
Ji Pyeong sakit kepala sendiri alasannya merupakan pertanyaan Dal Mi tadi. Dia gak tahu, mesti bagaimana menjawab pertanyaan Dal Mi itu.
Lagi pusing-pusingnya nyari balasan yang pas buat pertanyaan Dal Mi, Do San datang.
Ji Pyeong mengucapkan selamat Do San alasannya merupakan kesannya berhasil masuk Sand Box. Do San bilang, itu berkat Ji Pyeong.
Ji Pyeong : Jangan bicara begitu. Menggelikan.
Ji Pyeong mau pergi,, namun Do San bilang kalau ia sudah ngasih tahu Dal Mi ihwal argumentasi kenapa Ji Pyeong menolong mereka.
Ji Pyeong kaget, sudah kamu jawab? Apa yang kamu katakan?
Ternyata Do San bilang ke Dal Mi, kalau ia yang memintanya. Do San bilang, mereka udah gak ketemu 15 tahun dan ia pengen terlihat andal di depan Dal Mi, jadi ia meminta pemberian Ji Pyeong.
Dal Mi pun tanya, kenapa mesti Ji Pyeong. Do San bilang, alasannya merupakan ia dan Ji Pyeong dekat.
Do San : Hubungan kami istimewa, sudah menyerupai kerabat kandung.
Ji Pyeong pun tanya, apa Dal Mi percaya. Do San bilang iya.
Do San : Aku bilang kepadanya bahwa Pak Han menjalankan semua kebaikan itu demi aku, jadi, jangan berpikiran aneh. Sebelumnya begitu, nantinya juga begitu.
Ji Pyeong pun bilang, Do San arif bicara.
Ji Pyeong : Bicaramu lancar, dan terus menatapku. Aku merasa kamu murka padaku.
Do San bilang ia sudah berhak untuk marah.
Ji Pyeong pun ingat kata-katanya ke Do San, kalau Do San gres boleh murka sama ia setelah berhasil masuk Sand Box.
Ji Pyeong : Karena kamu sudah masuk Sand Box dan berhak marah, maka kamu mau murka kepadaku?
Do San bilang tak mungkin ia marah, alasannya merupakan kini korelasi mereka istimewa menyerupai kerabat kandung.
Dal Mi nyari ibunya. Dia duduk di lobby hotel, kawasan ibunya bermalam dan di meja kawasan ibunya minum teh dengan In Jae.
Dal Mi kemudian celingukan, namun ia gak menyaksikan gejala kemunculan ibunya.
Dal Mi bahkan nanya sama pihak hotel,, namun tetap gak mendapatkan balasan soal dimana ibunya.
Dal Mi kemudian duduk. Dia menepuk-nepuk kakinya yang pegal.
Tak lama, ibunya keluar dari lift dan melihatnya.
Dal Mi terkejut mendengar bunyi ibunya memanggilnya.
Dal Mi yang gak mau ibunya tahu ia tiba mencarinya, akal-akalan nyamperin orang asing yang bangun di depan lobby.
Dal Mi menyapa mereka, halo. Senang berjumpa kalian. Lama tak bertemu. Dal Mi tanya, kapan mereka meninggalkan Seoul.
Salah satu dari mereka bilang, ia tak sanggup bahasa Inggris.
Dal Mi kemudian ngeliat ibunya dan akal-akalan kaget.
Dal Mi : Permisi sebentar.
Dal Mi menghampiri ibunya.
Nyonya Cha bahagia menyaksikan Dal Mi. Dia tanya, apa Dal Mi tiba untuk menemuinya.
Dal Mi bilang ia bahkan gak tahu ibunya bermalam disana.
Dal Mi : Ini cuma kebetulan. Aku kesini untuk menemui temanku.
Dal Mi kemudian hendak pergi,, namun gres selangkah ia akal-akalan ingat sesuatu dan tanya pada ibunya, apa ibunya tahu Sand Box.
Dal Mi pun nunjukin ID card nya dan bilang ia berhasil masuk kesana.
Dal Mi : Aku sedang berupaya merealisasikan perkataanku waktu itu.
Flashback…
Di pesta kekerabatan In Jae, Dal Mi bilang kalau ia bakal partneran sama Do San dan membesarkan kerja keras Do San.
Dal Mi : Steve Jobs dan Mark Zuckerberg, mudah-mudahan kamu tak sanggup mengejarku.
Flashback end…
Nyonya Cha : Kau kemari cuma untuk menyampaikan itu?
Dal Mi : Ya.
Tapi kemudian Dal Mi meralat ucapannya.
Dal Mi : Maksudku, tidak. Aku tiba untuk berjumpa temanku. Kita cuma kebetulan bertemu. Kuharap kamu tak salah paham.
Dal Mi pun pergi menghampiri orang-orang asing tadi lagi. Tapi Nyonya Cha tahu, Dal Mi tiba untuk menemuinya.
Dari kejauhan, In Jae memandang mereka. In Jae kemudian menyaksikan ID card nya selaku penerima Sand Box. Lalu pergi.
Hmmm… Kayaknya In Jae juga mau kasih tahu ibunya kalau ia berhasil masuk Sand Box, namun alasannya merupakan ngeliat Dal Mi kesannya gak jadi.
-Ep 6, KEY MAN-
Do San sibuk dengan laptopnya. Di mejanya, terlihat bungkus kuliner instant yang sudah kosong.
Do San memutakhirkan algoritma nya yang dipatahkan In Jae Company semalam.
Saat berhasil,, Do San pribadi ngambil jaket juga tasnya.
Diluar, ayah teriak nyuruh Do San makan.
Ayah pun kesal dan tanya, apa Do San mau makan setelah makanannya dingin.
Ibu bilang biarkan saja alasannya merupakan Do San begadang semalaman.
Tak lama, Do San keluar dan pamit. Do San juga bilang ia sanggup sarapan di Sand Box. Sand Box banyak kuliner katanya.
Tapi ayah mengkritik performa Do San. Ayah tanya, apa Do San mau pakai busana menyerupai itu ke kantor.
Do San : Kenapa dengan penampilannya.
Ayah kesal, kamu masih tak paham. Ikuti ayah.
Ayah memamerkan jasnya ke Do San. Ayah bilang itu hari pertama Do San, jadi Do San mesti berpakaian rapi.
Do San bilang, gak ada yang berpakaian menyerupai itu di Sand Box.
Ayah bilang, Do San berlainan alasannya merupakan Do San CEO.
Do San : Ayah.
Ayah : Ya, Daepyeonim.
Ibu : Astaga, lihatlah putra ganteng ibu. Syukurlah ia menyerupai aku.
Ayah berjinjit, mudah-mudahan sanggup sama tinggi sama Do San.
Ayah : Namun, selain tingginya, ia menyerupai aku. Tak diragukan.
Tapi ayah gak sanggup jinjit lama-lama. Kakinya udah gemetaran.
Ayah : Berangkatlah, Daepyeonim.
Do San berlangsung ke pintu.
Do San : Aku terlalu mencolok. Semua niscaya akan menatapku.
Do San dan Dal Mi masuk ke Sand Box bareng dengan wajah bangga.
Kamera kemudian menyorot ID card mereka.
“CTO Nam Do San, CEO Seo Dal Mi.”
Yong San teriak, ngajak mereka minum kopi.
Mereka kemudian bergegas menghampiri Yong San dan Chul San yang sudah duduk di kafetaria Sand Box.
Do San mengeluarkan laptopnya. Dia bilang, ia udah periksa algoritma mereka semalaman dan membandingkannya dengan milik In Jae.
Dal Mi : Lalu bagaimana hasilnya?
Do San nunjukin layar laptopnya. Di sana,, tulisannya terdeteksi palsu.
Mereka senang.
Do San kemudian menyaksikan di layar, ia bilang mereka udah sanggup kantor.
Yang lain menyaksikan ke layar yang memperlihatkan nomor kantor mereka.
Kantor mereka di sebelah kantornya In Jae.
Dal Mi semangat, baguslah. Ayo cepat ke sana dan perlihatkan terhadap mereka.
Dal Mi mengambil laptop Do San dan pergi duluan.
Do San megang dadanya.
Do San : Seharusnya pemrograman terasa menyerupai ini, ‘kan?
Do San kemudian pergi nyusulin Dal Mi.
Yong San gelisah dan bertanya-tanya, rasa apa yang Do San bicarakan.
Chul San : Apa ia tahu yang ia bicarakan? Apa kita sungguh lamban?
Chul San kemudian membuka tasnya dan Yong San pribadi masukin semua kuliner ringan ke tas Chul San.
Do San, Yong San dan Chul San pribadi mencari ruangan mereka. Ruangan mereka nomor 302.
Tak lama, mereka menemukannya dan pribadi masuk.
Dan mereka gempar sendiri menyaksikan ruangan mereka yang anggun dan besar.
Yong San menyaksikan kartu bisnis mereka juga sudah ready di atas meja.
Do San terkejut mejanya sanggup dinaik-turunin. Dia manggil Chul San dan mereka berdua sibuk mainan meja.
Lagi heboh-heboh alasannya merupakan punya ruangan yang bagus, Do San gres sadar Dal Mi gak ada.
Do San pun tanya, Dal Mi kemana?
Dal Mi ternyata mengintip ruangan In Jae.
Dal Mi : Sepertinya ruangannya lebih besar dari punyaku. Apa ini cuma perasaanku?
In Jae datang, ya. Hanya perasaanmu.
In Jae kemudian tanya, kenapa Dal Mi ngintip ruangannya.
Dal Mi bilang ia gak ngintip. Dia cuma mau memamerkan sesuatu ke In Jae dan tiba untuk rapat.
In Jae tanya, apa.
Saat mau membuka laptop Do San, terjadi keributan. Dua lelaki sedang berkelahi.
“Pergi saja! Kau mau semuanya!” teriak lelaki yang satu.
Dan lelaki satunya gak ngerti, ada apa?
Pria yang marah2 gak mau ngejelasin ada apa. Dia memerintahkan temennya pergi.
“Hei! Pertemanan 20 tahun kita cuma hingga sini! Paham?” ucap lelaki yang marah-marah.
Mereka pun sama-sama pergi.
Dal Mi termangu dan memandang Do San.
Do San menyusun minuman di kulkas.
Yong San bilang, ia pikir kerja di kawasan sebagus itu kolaborasi akan bagus. Tapi kenapa mereka begitu?
Chul San : Entahlah. Seperti menonton sinetron secara pribadi pagi-pagi.
Do San : Padahal ini hari pertama.
Dal Mi : Apa alasannya merupakan ketuanya?
Do San : Kerja samanya niscaya buruk.
Do San kemudian ngajak mereka menentukan meja mereka.
Chul San tanya, Dal Mi mau duduk dimana.
Dal Mi : Aku? Kalian pilih saja lebih dulu. Aku duduk di kawasan sisa.
Do San nyariin meja buat Dal Mi.
Do San : Dal Mi-ya, di sini paling luas. Di sini saja.
Dal Mi : Tidak. Mejaku tak perlu besar. Pengembang perlu meja besar untuk menaruh alat-alat.
Chul San : Indah sekali. Ini gres kerja sama.
Do San : Cepat ke sini.
Dal Mi : Tak perlu.
Sa Ha datang.
Sa Ha : Menentukan kawasan duduk saja sulit. Apa itu kerja sama? Kalau begitu, saya saja yang di sini.
Sa Ha pribadi duduk.
Chul San setuju. Dia bilang ke Do San kalau desainer butuh meja luas.
Kamera menyorot sebotol susu di akrab jendela.
Dal Mi kemudian mengajak mereka menentukan cara panggilan mereka.
Dal Mi : Bagaimana kalau kita bicara formal di kantor? Seperti Pak Nam, Pak Lee. Begitu.
Yang lain baiklah namun Sa Ha enggak.
Dal Mi : Kalau begitu mari bicara santai. Panggil nama saja.
Sa Ha gak mau.
Sa Ha : Aku tidak ingin kalian bicara santai kepadaku.
Dal Mi : Kalau begitu, kami akan bicara formal, dan kamu boleh santai terhadap kami.
Sa Ha : Membingungkan. Tidak konsisten.
Do San kesal dan memandang Dal Mi.
Dal Mi sedikit berbisik ke Do San, tak apa-apa.
Do San berlangsung melalui Sa Ha sambil memandang sengit Sa Ha.
Bu Yoon di jalan. Tiba-tiba saja, langit bergemuruh. Bu Yoon mendongak, memandang langit. Lalu ia kembali berlangsung dan langkahnya terhenti lagi dikala menyaksikan setangai bunga putih yang diikat dengan pita berwarna hitam di jembatan.
Dong Cheon sedang penyajian di hadapan Bu Yoon dan yang lain.
Dong Cheon : Halo, saya pemodal ventura, Park Dong Cheon. Investasi 2,5 triliun won ini akan dilaksanakan oleh kita sendiri. Jiphyeonjeon Tech memadukan teknologi bunyi IA mereka, Yeong-sil, dengan layanan kesehatan…
Lah Ji Pyeong malah gak konsentrasi dan mikirin kata-kata Do San tadi.
Do San : Kini korelasi kita istimewa, menyerupai kerabat kandung.
Dong Cheon masih presentasi.
Dong Cheon : Nanti, mereka akan melakukan pekerjaan sama dengan RS Kangun, untuk menunjukan keefektifannya. Nanti, Yeong Sil sanggup mengawasi kesehatan para orang bau tanah dengan berbicara…
Ji Pyeong kesal, apeuro! Apeuro! Sampai kapan terus bilang begitu? Jika terus begitu, suruh cari peramal, jangan investor.
Bu Yoon : Pak Park, kamu tahu bahwa kita menentukan sesuai data, bukan perkiraan.
Dong Cheon : Ya, namun bisnis ini sanggup dimulai kalau ada investasi yang masuk.
Ji Pyeong : Begitu? Maka, jawab pertanyaanku. Berapa laju bakar duit per bulan? Kapan titik impas mereka? Sudah cek surat perjanjian dengan RS Kangun? Setinggi apa persoalan masuknya? Tahun kemudian ongkos tenaga kerjanya naik drastis. Sudah tahu alasannya?
Dong Cheon : Pak Han, bukankah tujuan usahanya yang mau menolong publik itu baik?
Ji Pyeong : Tujuannya memang baik. Tapi masalahnya, cuma maksudnya yang baik. Itu bisnis sukarela yang tak menghasilkan. Kenapa perlu dana dari para penanam modal kita? Suruh mereka membuka usaha dengan dana sendiri.
Dong Cheon pun diam.
Bu Yoon memandang Ji Pyeong.
Dong Cheon yang udah balik ke kantornya, memandang laporan analisa investasi Jiphyeonjeon Tech dengan wajah lemas.
Bu Yoon kemudian tiba membawakannya kopi.
Dong Cheon gak ngerti. Dia bertanya-tanya, kenapa Ji Pyeong hari ini sungguh galak. Dong Cheon menebak kalau Ji Pyeong lagi ada duduk problem di rumah.
Bu Yoon tersenyum, bukan begitu. Hari ini, ia mesti menjadi mentor Sand Box angkatan ke-12.
Dong Cheon : Apa? Tapi ia bilang cuma hingga pekan retas?
Bu Yoon : Dia pikir tim itu akan gugur, namun ternyata lolos.
Dong Cheon : Astaga. Ternyata begitu. Kalau begitu, saya sanggup paham. Kudengar mentor di Sand Box sama menyerupai malaikat. Harus mengajari dan membimbing dari permulaan ihwal cara berbisnis. Sama menyerupai memerintahkan profesor mengajar anak Taman Kanak-kanak membaca.
Bu Yoon : Kenapa? Aku juga terinspirasi dari ia dan mau menjadi mentor angkatan ke-12.
Dong Cheon pribadi muji Bu Yoon.
Dong Cheon : Bu Yoon, kamu sungguh hebat. Demi perkembangan bisnis negara kita, kamu rela turun tangan langsung. Kau menginspirasiku dan saya mau mengikuti jejakmu.
Bu Yoon pun pribadi nyuruh Dong Cheon menjadi manajer untuk angkatan ke-12.
Dong Cheon pribadi terdiam.
Bu Yoon : Tak ada yang melamar juga. Bagaimana kalau kamu juga turun tangan?
Dengan wajah terpaksa, Dong Cheon menerimanya. Dia bahkan akal-akalan seneng juga.
Dong Cheon ngasih pengarahan ke Samsan.
Dong Cheon : Selama enam bulan ke depan, kalian sanggup pakai kantor dan peralatan kantor dengan gratis. Ajukan saja ke kantor kalau ada yang kurang. Kalian juga tak perlu bayar ongkos server, telepon, dan listrik alasannya merupakan seluruhnya gratis.
Dal Mi tanya, kapan dana usahanya turun.
Dong Cheon bilang dananya sebesar 100 juta won akan secepatnya dikirim ke rekening kantor mereka.
Samsan senang.
Dal Mi high five dengan Do San.
Do San bahagia tangannya disentuh Dal Mi lagi.
Dong Cheon kemudian memerintahkan mereka merencanakan uji tuntasnya.
Dong Cheon : Jika sudah diperiksa, akan ditransfer.
Tapi Chul San gak ngerti uji tuntas itu apa.
Do San bilang seperi uji coba.
Dal Mi pun pribadi menutupi ketidaktahuan Samsan.
Dal Mi : Ada apa dengan kalian? Padahal kalian tahu. Itu investigasi menyeluruh pada perusahaan sebelum mendapatkan investasi.
Chul San : Ternyata itu, saya tertukar.
Chul San ketawa.
Dal Mi tanya ke Do San, ada budget dasar, laporan keuangan, dan daftar pemegang saham, ‘kan?
Do San nya malah bingung, apa?
Sa Ha : Pasti tak ada. Uji tuntas pun tak tahu.
Sa Ha pergi.
Dong Cheon negur Sa Ha. Dia bilang, belum selesai ngomong. Tapi Sa Ha cuek.
Chul San : Dia akan secepatnya kembali. Dia tak menenteng tas. Desainer kami seniman, jadi, ia sedikit bebas dan seenaknya.
Dong Cheon kemudian bilang mentor mereka yang mau menyelediki uji tuntasnya.
Do San tanya, kapan mentornya akan ditentukan?
Dong Cheon : Setelah rapat antara para mentor dan CEO pukul 15.00 nanti.
Do San tanya ke Dal Mi, ada lebih dari satu mentor?
Dal Mi mengangguk.
Do San tanya ke Dong Cheon, siapa aja mentornya.
*Wae? Takut ada Ji Pyeong?
Dong Cheon pun bilang ada Bu Yoon, CEO Sand Box dan Modal Usaha SH. Lalu Alex, Kepala Baru 2STO cabang Korea, kemudian Ji Pyeong, manajer senior Modal Usaha SH. Dan terakhir Pimpinan Won.
Beralih ke In Jae yang ketemu Pimpinan Won di lift.
Ada dua anggota Sand Box yang lain juga di sana.
Pimpinan Won : Tempo hari, kamu berupaya tersenyum. Tapi kini kamu bahkan tak menyapa. Tak mau berterima kasih?
In Jae : Untuk apa?
Pimpinan Won : Kau lupa? Tentang persaingan yang kusarankan itu. Berkat itu, kini kamu di sini.
In Jae : Ternyata kamu tiba untuk pamer?
Pimpinan Won : Pamer?
In Jae : Sudah kuduga dikala kamu menyarankan itu. Jika saya gugur, kamu akan berkata, “Lihat. Kau tak sanggup apa-apa tanpaku.” Lalu mempermalukanku. Jika saya lolos, kamu akan pamer dan berkata, “Lihat. Kau lolos berkatku.” Kau terlalu gampang ditebak.
Pimpinan Won : Kenapa bicara begitu terhadap ayahmu yang rela menjadi mentor meski sibuk?
In Jae : Terima kasih sudah menyempatkan waktumu, namun kami sudah pastikan mentor tim kami.
Pimpinan Won : Apa? Kau yang menentukan?
In Jae : Ya.
Flashback…
Sebelum kuliah rintisan dimulai…
Tim Sand Box sedang menjalankan persiapan.
Dong Cheon bangun di panggung bareng Bu Yoon. Melihat tulisan, serta logo Sand Box.
Dong Cheon merasa, tulisannya terlampau banyak dan menyarankan Bu Yoon untuk meniadakan logo Sand Box.
Bu Yoon : Tidak. Tak boleh. Anak kecil itu yang menginspirasiku menciptakan nama Sand Box.
Dong Cheon : Anak naik ayunan itu?
In Jae yang menjadi bintang tamu di program itu, mendengar percakapan Bu Yoon dan Dong Cheon.
Bu Yoon : Itu perkataan seorang CEO yang kutemui sekitar 15 tahun lalu. Dia menaruh pasir di bawah ayunan mudah-mudahan anaknya tak terluka waktu jatuh. Setelah itu, anaknya bermain dengan sungguh aman.
Flashback…
Saat Pak Seo menaruh pasir di bawah ayunan. Dal Mi main ayunan dengan wajah ceria.
Flashback end…
Dong Cheon : Ternyata alasannya merupakan itu namanya Sand Box. Kau mesti traktir CEO itu.
Bu Yoon : Aku ingin sekali begitu, namun ia meninggal alasannya merupakan kecelakaan.
Di sinilah In Jae tahu ayahnya sudah tiada.
In Jae terkejut, appa…
Kita kemudian ditunjukkan flashback, dikala In Jae mendaftar Sand Box secara online.
Dan In Jae menuliskan alasannya mendaftar Sand Box, alasannya merupakan ia ingat bermain ayunan di atas pasir yang ayahnya taruh untuknya mudah-mudahan ia tak terluka.
Flashback end…
Rapat untuk menentukan mentor dimulai. In Jae masuk dan memohon pemberian Bu Yoon.
Bu Yoon : Akhirnya kita bertemu. Dia merupakan permulaan dari Sand Box.
Ji Pyeong : Apa? Dia anak yang naik ayunan itu?
Bu Yoon : Benar, ‘kan, Nona Won?
In Jae : Apa kamu kenal mendiang ayahku?
Bu Yoon bilang ia berjumpa Pak Seo sekali 15 tahun lalu.
Alex bingung, tanya ke Ji Pyeong, bukannya Pimpinan Won ayahnya.
Ji Pyeong bilang ayah In Jae ada dua.
Bu Yoon mengulurkan tangannya ke In Jae. Dia bilang, ia akan menolong In Jae menyerupai pasir yang diletakkan Pak Seo dibawah ayunan mudah-mudahan In Jae tak terluka.
Di depan pintu, Dal Mi coba menguping namun ia gak mendengar apapun.
Dal Mi : Kenapa peredam ruangannya anggun sekali? Suaranya menyerupai nyamuk. Tak terdengar.
In Jae keluar, menciptakan Dal Mi kaget.
In Jae : Kenapa kamu menguping?
Dal Mi : Agar saya tahu mesti apa. CEO mesti cepat dan tanggap dalam menganalisis keadaan.
Lalu CEO Samsan diundang dan Dal Mi bergegas masuk.
Bu Yoon memuji Samsan. Dia bilang penyajian Samsan pada pekan retas sungguh bagus.
Dal Mi tersenyum mendengarnya.
Bu Yoon bertanya, ada yang mau jadi mentor Samsan.
Alex dan Ji Pyeong tunjuk tangan,, namun kemudian Ji Pyeong nurunin tangannya lagi alasannya merupakan disuruh Alex.
Pimpinan Won : Haruskah saya angkat tangan juga?
Dal Mi bilang gak perlu alasannya merupakan ia udah nentuin sendiri mentornya.
Pimpinan Won sewot, kenapa semua begini? Semua bilang sudah menentukan mentornya sendiri.
Bu Yoon tanya, Dal Mi milih siapa.
Alex udah pede bakal dipilih,, namun Dal Mi milih Ji Pyeong.
Alex tanya, kenapa gak milih dia.
Ji Pyeong bilang kalau ia jadi Dal Mi ia bakal milih Alex.
Dal Mi bilang ia cuma mau sama Ji Pyeong.
Ji Pyeong : Tapi Alex tiba dari 2STO. Kau tahu, kan? Perusahaan paling besar ketujuh sedunia. Alex juga yang mengusulkan Samsan Tech untuk masuk Sand Box.
Dal Mi bilang tahu dan berterima kasih untuk itu sama Alex,, namun ia kekeuh mau Ji Pyeong jadi mentor Samsan.
Ji Pyeong ngajak Dal Mi bicara di atap. Ji Pyeong memarahi Dal Mi alasannya merupakan tak milih Alex.
Ji Pyeong : Kenapa kamu mencampakkan kartu hebat… bukan mempunyai arti saya tak hebat. Tapi Alex sungguh kesengsem dan serius pada Samsan Tech. Dia melayang dari Silicon Valley cuma untuk Samsan Tech.
Dal Mi : Jika itu cuma duduk problem ketertarikan dan ketulusan, kamu menang jauh ketimbang Alex.
Ji Pyeong : Aku? Aku tak begitu kesengsem pada Samsan Tech. Aku juga tak serius.
Dal Mi : Aneh. Aku sering menyaksikan ketertarikan dan keseriusanmu pada kami.
Ji Pyeong : Apa yang kamu bicarakan? Kenapa sanggup berpikir begitu?
Dal Mi : Aku sering melihatnya.
Flashback…
Saat Ji Pyeong menyelediki penyajian Samsan, Dal Mi termangu memandang Ji Pyeong.
Dal Mi : Waktu pekan retas, kamu menyelediki penyajian kami.
Dal Mi bilang, Ji Pyeong juga minjemin Do San apartemen, demi harga diri Do San.
Saat Do San nyaris dibentuk aib oleh In Jae di pesta kekerabatan alasannya merupakan tak tahu ’round’. Ji Pyeong tiba menyelamatkan Do San.
Dal Mi : Kau juga menolong kami waktu nyaris dipermalukan di pesta relasi. Aku sungguh sering menyaksikan ketertarikan dan keseriusanmu. Aku bahkan nyaris salah paham.
Ji Pyeong : Salah paham?
Dal Mi : Kebaikanmu tak beralasan. Jadi, mulanya kupikir kamu menyukaiku. Ternyata saya salah paham. Berkat Do San, saya sudah paham semua. Kudengar kalian menyerupai kerabat kandung. Jadi, kamu berupaya keras menolong Do San.
Dal Mi kemudian bilang kalau ia paham dan berterima kasih atas pemberian Ji Pyeong, namun ia minta Ji Pyeong ngijinin ia buat satu tuntutan lagi.
Dal Mi mau Ji Pyeong bantu mereka menyerupai keluarga.
Dal Mi kemudian ngulurin tangannya.
Ji Pyeong bilang, Dal Mi bakal nyesel milih dia.
Dal Mi : Jangan khawatir. Aku tidak pernah meratapi keputusanku.
Ji Pyeong pun sedikit tersenyum dan menjabat tangan Dal Mi.
Ji Pyeong : Biar waktu yang menjawab.
Sekarang, Ji Pyeong ada di kantor Samsan. Duduk bareng Dal Mi dan Samsan.
Do San : Jadi, Alex tiba dari 2STO yang tenar itu? Karena ingin berjumpa kami?
Dal Mi : Ya.
Do San : Tapi kamu mencampakkan Alex dan menentukan Pak Han menjadi mentor kita?
Dal Mi : Ya.
Ji Pyeong memandang Do San. Do San juga memandang Ji Pyeong dengan tatapan terkejut Dal Mi lebih menentukan Ji Pyeong dari Alex.
Chul San : Kenapa begitu? Kenapa kamu mencampakkan global dan menentukan lokal?
Dal Mi : Apa maksudmu? Dia memang global. Tapi Pak Han merupakan keluarga.
Mengertilah Do San argumentasi Dal Mi milih Ji Pyeong.
Chul San tanya sejak kapan Ji Pyeong jadi keluarga mereka.
Do San ngedipin mata ke Chul San dan bilang korelasi mereka memang istimewa, kayak kerabat kandung.
Mengertilah Yong San dan Chul San.
Chul San kemudian bilang ia cuma terkejut dan takkan pernah sudah biasa sama Ji Pyeong.
Ji Pyeong kemudian bilang, tanya saja padanya kalau butuh apa-apa.
Ji Pyeong : Itu sudah menjadi kiprah mentor.
Ji Pyeong kemudian memandang Do San.
Ji Pyeong : Kau ingat orang di Himalaya yang menemanimu mendaki gunung?
Do San : Sherpa?
Ji Pyeong pun merangsek maju dan menggenggam tangan Do San erat-erat, hingga Do San terlihat kesakitan.
Ji Pyeong : Benar. Sherpa. Do San saudaraku, saya akan menjadi Sherpa-mu.
Ji Pyeong mengatakannya sambil memandang kesal Do San juga.
Ji Pyeong : Perjalanan ini akan sulit, namun kita akan berhasil bersama.
Ji Pyeong kemudian mencubit pipi Do San.
Ji Pyeong : Wahai saudaraku yang sungguh berharga.
Dal Mi senyum-senyum ngeliat Do San dan Ji Pyeong.
Petir menggelegar.
Ji Pyeong : Ayo kita mulai uji tuntasnya. Mulai dari surat perjanjian awal.
Dal Mi : Baik.
Chul San : Kenapa ada petir pada cuaca cerah begini? Menakutkan.
Ji Pyeong : Ada apa ini?
Kamera menyorot botol susu di tepi jendela.
Bersambung ke part 2…………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar