Tentangsinopsis.com – Sinopsis Hush Episode 5 Part 1, Lihat kisah selengkapnya di goresan pena yang ini. Bagian kemudian dari Episode sebelumnya baca di sini.
Seorang lelaki muda tengah bermain gim ditemani pacarnya, di suatu rumah mewah.
Di kawasan lain, tepatnya di suatu kedai, ada lelaki muda yang lain yang juga tengah memainkan gim yang sama.
Pria muda yang bermain gim ditemani pacarnya berkata kalau beliau menemukan retasan satu juta won kali ini. Bahkan kalau beliau mati, beliau akan hidup lagi.
Narasi Ji Soo terdengar.
“Jika ingin bertahan dalam gim ini, kamu mesti mendorong dirimu untuk mengalahkan sainganmu. Tapi kerja keras dan kualifikasi tidak menjamin kemenangan. Beginilah cara kerja gim. Bagaimana dengan kenyataan?
Pria di kedai kesal sebab ia kalah dan lawannya memperoleh retasan lagi.
Pria yang di rumah glamor senang. Dia bilang retasan itu talenta dan keterampilan.
Pemilik kedai menaruh pesanan ayam ke atas meja.
Dia marah, ini permainan ayam mu. Berhenti memainkan itu dan pergilah.
Ternyata lelaki muda yang di kedai seorang kurir.
Tapi di jalan, ia tertabrak mobil.
Dan si pengemudi kendaraan beroda empat yakni lelaki di rumah glamor tadi. Dia bareng pacarnya dan mengajak pacarnya minum lagi sebelum goresan terjadi.
Joon Hyuk menaruh kertas bertuliskan ‘HUSH’ di atas meja.
Ketiga sohibnya bingung. Se Joon tanya, apa ini?
Joon Hyuk bilang itu peluang terakhirnya untuk menjadi reporter sungguhan.
Se Joon : Diam?
Joon Hyuk menaruh telunjuknya di erat bibir.
Joon Hyuk : Rahasia hingga selesai.
Se Joon memuji rencana Joon Hyuk, namun kemudian beliau mencibir kartunya. Ternyata kertas bertuliskan ‘HUSH’ itu bukan sembarang kertas. Itu yakni kartu.
Se Joon bilang, gak ada nama atau nomor telepon jadi apa gunanya.
Joon Hyuk : Entahlah. Kita akan tahu di saat waktunya tiba.
Mereka kemudian menyaksikan ada tanda titik di setiap huruf.
Ki Ha : Ada apa dengan titiknya? Apa itu abreviasi dari sesuatu?
Joon Hyuk bilang, Ki Ha tajam menyerupai umumnya dan andalan mereka.
Se Joon : Aku juga melihatnya.
Joon Hyuk : Jika kalian bisa menebak apa itu, saya akan mentraktir kalian makan malam steik lengkap.
Yoon Kyung : Benarkah? Kau tidak perlu melaksanakan itu.
Se Joon bilang beliau disuruh istrinya menghemat makan daging. Tapi beliau malah bergairah menebak.
Ki Ha dan Yoon Kyung juga ikut menebak.
Ki Ha : Ini bukan “laporan eksplorasi”… Jangan ke sana.
Yoon Kyung mencari di internet kata-kata yang diawali abjad ‘H’.
Joon Hyuk kemudian menemukan notifikasi. Dia pribadi menyidik ponselnya dan menyaksikan suatu postingan terbit dengan judul, ‘Kematian Reporter Magang Cepat Terlupakan’.
Kepala Na menampilkan ajuan wacana manual administrasi krisis Harian Korea Digital.
CEO Park tanya, apa ini soal restrukturisasi?
Kepala Na : Tidak. Kita mesti mengembangkan, bukan merestrukturisasi. Kita mesti merubah gambaran publik kita serta merenovasi dari dalam. Citra pers diputuskan oleh “kisah yang bagus”. Hanya internet yang dapat menjadikannya “isu bagus”. Kehadiran daring kita akan memutuskan hasil pertarungan.
CEO Park : Bukankah kita mesti memperkuat kedisiplinan kita dahulu?
Kepala Na : Perubahan dan ekspansi ini akan menjadi peluang untuk meningkatkan disiplin dan kompetensi kita.
CEO Park : Omong-omong, para pemagang kini reporter junior, bukan?
Kepala Na : Ya. Anda punya rencana untuk mereka?
CEO Park : Tidak juga. Tapi menurutku kamu mesti memisahkan mereka. Aku memercayaimu dalam hal ini.
Kepala Na berterima kasih sebab sudah dipercayai dan berjanji akan melakukannya dengan baik.
Di kantor, Ji Soo sanggup kiprah dari Dong Wook. Dong Wook memerintahkan Ji Soo menyidik akun media lazim gunjingan Goryeo.
Dong Wook : Hitung suka, komentar, dan pengikut mereka, kemudian bandingkan dengan yang pekan lalu.
Ji Soo mencatatnya di ponselnya, kemudian balik ke mejanya. Tapi gres juga duduk, Jae Eun melemparkan setumpuk berkas ke depan Ji Soo.
Jae Eun : Ringkaslah setengah halaman sebelum makan siang dan bawa ke mejaku.
Ji Soo : Sebelum makan siang? Bukan makan malam?
Jae Eun : Ya, sebelum makan siang. Joo An lebih jago menanggulangi komputer jadi melaksanakan lebih banyak darimu.
Ji Soo : Baiklah.
Jae Eun : Jangan menyanjung dirimu sendiri. Kami mempekerjakanmu untuk hal ini. Teruskan.
Jae Eun pun pergi.
Ji Soo menghela nafas dan teringat kata-kata Joon Hyuk.
Joon Hyuk : Aku akan berupaya semampuku. Zaman kini sukar sanggup pekerjaan. Jadi, kamu mesti bertahan di sini.
Ji Soo kemudian memandang ke arah meja Joon Hyuk. Dia kesal, tidak melaksanakan apapun menyerupai biasa.
*Anjirr, si Jae Eun doyan bener bikin masalah. Kemaren nyuruh Soo Yeon jaga malam, kini seenaknya ngelimpahin tugasnya ke Ji Soo. Kalau Ki Ha, Se Joon, Yoon Kyung atau Joon Hyuk ngeliat niscaya udah abis tu Jae Eun.
Joon Hyuk, Yoon Kyung, Se Joon dan Ki Ha jalan menuju kantor.
Yoon Kyung bilang mereka udah kehilangan manajer SDM dan jaksa, jadi mesti mulai darimana lagi?
Joon Hyuk : Kita mesti menyidik catatan sidang ini. Aku akan bicara dengan temanku di Kejaksaan untuk mengontak ulang.
Ki Ha : Kau bilang tidak akan pernah menjadi reporter persidangan.
Joon Hyuk : Tidak akan. Ini cuma makan malam dengan teman dekat kuliahku.
Se Joon : Hati-hati. Mereka tetap sungguh cekatan melaksanakan manipulasi di bawah meja.
Joon Hyuk : Aku tahu. Jangan khawatir.
Ponsel Joon Hyuk berbunyi. Telepon dari Kepala Na.
Joon Hyuk duduk di ruangan Kepala Na.
Kepala Na : Ini iblis. Kita mesti menyingkirkan ini. Kau kecewa kemarin? Kau mesti memukul, bukannya dipukul. Rasanya menyakitkan menyerupai memotong dagingku sendiri, namun saya mesti memasarkan kisahnya. Perusahaan mesti tetap utuh. Kita mesti mencari nafkah.
Joon Hyuk : Anda memanggilku untuk menyampaikan itu?
Kepala Na : Tidak, ini soal para pemagang. Mereka kini secara resmi reporter anabawang kita. Kau bertanggung jawab atas mereka. Tanya mereka ingin pergi ke Meja mana.
Joon Hyuk : Apa maksudmu? Bukankah anda akan memakai mereka untuk pekerjaan tempel dan salin?
Kepala Na : Mereka juga korban. Anggap saja selaku langkah-langkah pereda. Untuk di saat ini, kirim mereka ke mana pun mereka mau. Beri mereka telur mentah di Warung Camilan Im.
Joon Hyuk cuma mengangguk, kemudian beliau mengambil tasnya dan beranjak ke pintu.
Kepala Na mengundang Joon Hyuk lagi.
Kepala Na : Joon Hyuk-ah, saya mengerti. Tapi jangan memendamnya terlalu lama. Perusahaan lebih senang orang serakah dibandingkan dengan pemarah.
Setelah Joon Hyuk keluar, Kepala Na mengajak Sung Han minum kopi di ruangannya.
Jae Eun marah-marah. Dia gak oke dengan penugasan ulang para pemagang.
Jae Eun tanya ke Joon Hyuk, apa Joon Hyuk sungguh-sungguh akan memperlakukan mereka selaku reporter sungguhan?
Dong Wook : Mereka kini resmi reporter tetap, bukan?
Jae Eun : Kau mengundang siapa saja reporter zaman sekarang? Kita kehabisan orang. Setelah semua latihan…
Se Joon : Latihan apa? Mengajarkan menyalin dan melekat bukan latihan.
Jae Eun : Mereka direkrut dua bulan sehabis perekrutan reguler. Jadi, mereka semestinya melaksanakan itu. Setelah insiden itu, kita mesti memberi mereka posisi tetap. Sekarang mereka dimutasi? Kenapa saya tidak dimutasi?
Tapi gak ada yang dengerin ocehan Jae Eun.
Jae Eun : Tidak ada yang mendengarkanku.
Jae Eun pun pergi. Dong Wook mengejar-ngejar Jae Eun, sunbae!
Joon Hyuk : Meja apapun yang mereka inginkan?
Ki Ha : Benarkah?
Joon Hyuk menggeleng.
Ji Soo membawakan kopi untuk Joo An. Kyu Tae mengikuti Ji Soo di belakang sambil menjinjing kopinya sendiri.
Kyu Tae tanya, apa yang mau Ji Soo katakan.
Ji Soo bilang bukankah mereka mesti melaksanakan sesuatu untuk Soo Yeon.
Joo An : Ada apa dengannya?
Ji Soo : Kau sungguh tidak tahu?
Joo An : Kau yang tidak tahu. Apa yang mesti kita lakukan? Tidak, kita bisa apa?
Ji Soo : Kenapa kamu mengatakannya menyerupai itu? Sejujurnya, kita semua mendengar perkataan Kepala.
Joo An : Jadi, maksudmu beliau meninggal sebab perkataan Kepala? Kau mau melapor ke polisi bilang Kepala membunuhnya? Ji Soo-ya, kalau kita semua bunuh diri sebab kata-kata kasar, serdadu di kemiliteran yakni zombi yang mati.
Ji Soo : Bukan itu maksudku.
Joo An : Sejujurnya saya tidak mengerti Soo Yeon. Dia semestinya hidup dengan keberanian untuk mati. Bagaimana dengan kita kalau beliau bunuh diri menyerupai itu? Bukankah itu tidak bertanggung jawab dan egois?
Ji Soo terkejut mendengarnya, apa?
Ji Soo marah, apa yang kau…
Kyu Tae menengahi. Dia bilang Joo An sudah keterlaluan.
Joo An : Keterlaluan bagaimana? Aku tidak salah, bukan? Keluargaku juga miskin, jadi, saya mesti berguru sendiri. Semua temanku menuntut ilmu khusus mahal. Aku tidak mempunyai koneksi, jadi, kumasukkan semua kualifikasi di resumeku untuk masuk kemari. Reporter magang diangkat menjadi repoter tetap? Ini bukan peluang biasa di bidang ini. Kenapa saya mesti mempertaruhkan pekerjaanku padahal itu bukan salahku?
Ji Soo kian kesal, mempertaruhkan? Soo Yeon meninggal sebab diskriminasi…
Joo An : Diskriminasi? Dia berbeda, bukan didiskriminasi. Dia memang lulusan universitas yang lazim saja.
Ji Soo mau balas lagi namun para senior keburu datang.
Jae Eun menegur mereka, kenapa kalian bermalas-malasan?
Mereka pun pribadi balik ke meja masing-masing.
Joon Hyuk memandang mereka.
Se Joon minta Joon Hyuk menyaksikan segi baiknya.
Se Joon : Lagi pula, itu lebih baik bagi mereka. Di mana pun lebih baik dibandingkan dengan di sini. Mereka tidak dapat berguru di sini.
Se Joon menepuk pundak Joon Hyuk, kemudian balik ke mejanya.
Joon Hyuk masih bingung.
Sementara itu, Kepala Na tanya apa Sung Han dendam padanya.
Sung Han bilang tidak, sambil melirik mesin kopi Kepala Na.
Kepala Na mengerti dan bilang Sung Han punya dendam.
Kepala Na : Jang Je Kwon menjadi editor politik lebih dulu.
Sung Han : Aku tidak menyimpan dendam. Aku cuma iri.
Sung Han malu-malu bilangnya.
Kepala Na : Benarkah? Rasa iri itu gres saja menjadi sayap barumu.
Kepala Na kemudian menampilkan Sung Han ajuan yang tadi beliau berikan pada CEO Park.
Sontak Sung Han terkejut membacanya, hingga nangis malahan beliau saking tidak percayanya.
Kepala Na : Editor utama Harian Korea Digital, Uhm Sung Han.
Kepala Na juga menghadiahi Sung Han mesin kopi.
Sung Han tak kuasa menahan tangis harunya.
Tapi kemudian beliau tanya, apa itu terjadi sebab kekacauan baru-baru ini.
Kepala Na : Begitulah adanya. Hal menyibukkan tiba sebelum hal hebat. Harimau tidak lari di saat mendengar bunyi gagak.
Sung Han : Seperti biasa! Anda tenteram berada dalam krisis apa pun!
Kepala Na : Hei, saya bukan matras.
Sung Han : Tidak, maksudku… Cepat. Hyung!
Sung Han memegang tangan Kepala Na.
Sung Han : Aku Uhm Sung Han akan senantiasa memercayai anda.
Kepala Na : Baiklah. Aku menugaskan Jun Hyuk untuk para junior. Siapkan edisi pertama Harian Korea Digital.
Sung Han : Edisi pertama? Aku…. Hyung!
Makin nangis lah si Sung Han. *Lawak bener ini si Sung Han.
Joon Hyuk menjinjing para pemagang ke egg drop.
Saat menuju ke sana, mereka melalui Warung Camilan Im. Joon Hyuk berhenti sebentar dan menoleh ke warung itu. Ji Soo melihatnya. Lalu Joon Hyuk terus berlangsung dan para pemagang mengikutinya.
Joon Hyuk menampilkan mereka roti telur.
Joon Hyuk : Aku tahu kalian kesal sebab banyak hal. Maaf sebab tidak mengelola kalian. Mari makan dahulu.
Sambil makan, Joon Hyuk tanya apa mereka tahan di Meja Berita Digital.
Joo An bilang beliau sungguh puas.
Joon Hyuk : Sejujurnya, itu sungguh mudah. Tidak perlu melapor, tidak perlu menulis kisah. Kau menekan tombol segar seharian. Praktis untuk menyintas, namun sukar untuk bertahan.
Joo An kemudian tanya kenapa Joon Hyuk mengundang mereka.
Joon Hyuk bilang sebab beliau mau tanya mereka mau ke meja mana.
Joo An bilang beliau suka di Meja Berita Digital.
Sementara Kyu Tae memutuskan Meja Politik atau Bisnis. Dia tak keberatan kalau dikirim ke salah satunya.
Joon Hyuk memerintahkan Kyu Tae memilih. Kyu Tae pribadi memutuskan Meja Politik.
Joon Hyuk : Bagaimana denganmu, Ji Soo?
Ji Soo : Bolehkah saya pergi ke mana pun saya mau?
Joon Hyuk : Ini perintah Kepala, jadi, mungkin.
Ji Soo : Aku mesti memikirkannya. Aku belum yakin.
Joon Hyuk : Baiklah. Semuanya, pikirkanlah semalaman. Beri tahu saya besok.
Joon Hyuk lantas menghela nafas. Dia nampak masih tertekan.
Ji Soo memperhatikan Joon Hyuk.
Sung Han ngelawak. Njiiir, beliau mamerin mesin kopinya ke semua karyawan!!
Lalu beliau menaruh mesin kopinya di mejanya yang berada di erat meja Je Kwon.
Sung Han bilang beliau mau membukanya kini namun beliau mesti terbang.
Je Kwon : Terbang? Kemana?
Sung Han : Perhentian selanjutnya dari Editor Meja. Aku akan terbang.
Sung Han tertawa kemudian berkata beliau cuma bercanda.
Je Kwon : Apa Kepala akan menyerahkan kantornya?
Sung Han : Jangan konyol.
Sung Han bernyanyi, saya akan menjadi bulan di langit. Aku terbang…. Njiiir.
Ji Soo berlari ke lift yang akan menutup.
Pintu lift kembali terbuka dan ada Joon Hyuk di dalamnya.
Ji Soo : Apa kamu ingin mengusirku?
Joon Hyuk tertawa, apa maksudmu?
Ji Soo memandang Joon Hyuk.
Ji Soo : Insiden enam tahun lalu. Karena saya tahu kelemahanmu.
Joon Hyuk : Kelemahan? Semua orang di perusahaan ini tahu kelemahanku. Di bidang ini…
Ji Soo : Jika kamu tidak membicarakannya, itu bukan kelemahan.
Joon Hyuk : Bukan itu maksudku. Aku tidak mempunyai kuasa untuk mengusirmu. Aku juga tidak mempunyai argumentasi untuk mengusirmu. Kau dan saya tidak sepenting itu.
Lift terbuka dan Joon Hyuk keluar duluan. Ji Soo mengejar-ngejar Joon Hyuk. Dia bilang beliau tak ingin ke Meja lain.
Ji Soo : Aku akan tetap di Berita Digital apa pun yang terjadi, dan menyaksikan apa yang akan kamu jalankan untuk Soo Yeon.
Ji Soo kemudian pergi.
Joon Hyuk menghela nafas. Dia sakit kepala dan gak ngerti kenapa Ji Soo terus mengintilnya.
Joon Hyuk : Aku muak dengannya. Aku tidak tahu soal yang lain, namun “kau” mesti pergi.
Malamnya, Ki Ha dan Joon Hyuk membicarakan MP Go di Meja Kota.
Joon Hyuk sedang membaca bukti terkait MP Go.
Joon Hyuk : Bahkan kalau buktinya yakni daftar perekrutan ilegal yang asli, itu tidak cukup menunjukan bahwa terdakwa, Go Soo Do, menulisnya sendiri dan mengirimkannya ke SDM. Selain itu, kalau daftarnya asli, Perusahaan Geumon mesti dianggap selaku sekongkol, bukan korban penghalangan bisnis. Jadi, penghalangan bisnis MP Go tidak dapat ditetapkan? Heol.. Apa Jaksa gila?
Ki Ha, sudah kubilang diam.
Joon Hyuk : Tidak ada yang peduli. Lihat, tidak ada orang di sini.
Joon Hyuk menoleh dan menyaksikan Ji Soo di mejanya lagi memandang mereka.
Joon Hyuk : Apa? Sedang apa beliau di sana?
Ki Ha : Kau tidak pulang?
Joon Hyuk : Aku makan malam dengan teman dekat kuliahku di Kejaksaan. Aku akan menanyakan soal MP Go…
Ki Ha memerintahkan Joon Hyuk diam.
Joon Hyuk : Baiklah, saya mengerti. Pergilah.
Ki Ha mau pergi namun beliau balik lagi dan berbisik ke indera pendengaran Joon Hyuk kepanjangan HUSH.
Ki Ha : Hear, Understand, Skeptic, Hold. Sejujurnya, cuma saya yang cukup pintar…
Joon Hyuk bilang salah.
Ki Ha pun cemberut dan pribadi pergi.
Joon Hyuk menoleh dan menyaksikan Ji Soo udah pergi.
Joon Hyuk : Memperhatikan aku? Yang benar saja.
Joon Hyuk duduk di meja. Tiba-tiba, Ji Soo timbul menjadikannya melambung kaget.
Joon Hyuk kesal, hei!
Ji Soo menyaksikan dokumen yang lagi dilihat Joon Hyuk.
Joon Hyuk pribadi menutupnya.
Joon Hyuk : Kenapa kamu masih di sini?
Ji Soo : Sudah kubilang. Aku akan mengawasimu.
Joon Hyuk : Benar-benar menguntit. Itu dia. Ikuti aku.
Joon Hyuk mengajak Ji Soo pergi.
Bersambung ke part 2…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar